BAB.6 MANUSIA DAN PENDERITAAN
A.
PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan adalah bahasa yang sering kita dengar.
Penderitaan berasal dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa
Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan
bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda. Manusia
dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena tekanan
hidup, dan lain lain. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia.
Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga
yang ringan. Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah
besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi
kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Sekarang
yang paling penting upaya kita untuk meniadakan rasa takut dan rasa kurang itu
Karena keduanya itu termasuk penyakit batin manusia maka usaha terbaik adalah
menyehatkan batin itu. Kita mengetahui bahwa faktor yang mempengaruhi
penderitaan itu adalah faktor internal dan eksternal. Faktor ini dapat
dibedakan dua macam yaitu:
1. Eksternal murni, yaitu penyebab yang benar-benar
berasal dari luar diri manusia yang bersangkutan.
2. Eksternal tak murni, yaitu penyebabnya tampak dari luar
diri manusia, tetapi sebenarnya dari dalam diri manusia yang bersangkutan.
Bila kita mengalami penderitaan maka sikap kita yang paling jitu adalah
"mawas diri". Dengan jalan itu dapat memperoleh jawaban penderitaan
sebagai ujian Allah, sehingga kita menjadi orang yang sabar dan tawakkal sambil
berikhtiar menyingkirkan penderitaan.
B.
SIKSAAN
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik
fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture)
digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan
kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik
secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap
seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi,
atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat
disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara
interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai
metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap
sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani
bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.
Siksaan Yang Sifatnya Psikis :
§ Kebimbangan.
Memiliki arti tidak dapat menetukan
pilihan mana yang akan dipilih.
§ Kesepian.
Merupakan rasa sepi yang dia alami
pada dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
§ Ketakutan.
Ketakutan
adalah sebuah
sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan
batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka
disebut sebagai phobia.
Apa yang membuat seseorang menjadi phobia ?
Ahli-ahli medis mempunyai pendapat yang berbeda-beda
dan banyak penderita yang mempunyai teori tentang asal mula dati ketakutan
mereka. Kebanyakan phobianya dimulai dengan suatu schock emosional atau suatu
tekanan pada waktu tertentu, misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarga,
suatu operasi atau sakit yang serius. Beberapa penderita mengatakan bahwa
mereka memang merasa gelisah dan tertekan sejak masih kanan-kanak, tetapi
phobia juga dapat berkembang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang
dan mantap.
Untuk mengatasi phobia yaitu dengan hipnoterapi.
mengkondisikan gelombang otak klien pada gelombang alfa atau theta dan
menjaganya pada gelombang tersebut. Ketika klien berada pada gelombang alfa atu
theta, maka semua memori yang pernah terjadi pada diri klien mulai dari janin
sampai dia dewasa dapat diakses atau diingat kembali. Betul, itulah kehebatan
pikiran bawah sadar kita yang mampu merekam semua kejadian/peristiwa yang
pernah kita alami. Dengan begitu kita dapat mengetahui kapan pertama kali klien
mengalami kejadian yang membuatnya phobia. Dengan mengetahui pemicu pertama
kalinya klien mengalami phobia, maka hal ini dapat diatasi dengan mudah.
C.
KEKALUTAN MENTAL
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami
kekalutan mental adalah sebagai berikut :
- nampak
pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada
lambung
- nampak
pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis,
cemburu, mudah marah.
- Selalu iri
hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga
dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan
detruksi diri dan bunuh diri.
- Komunikasi
sosial putus dan ada yang disorientasi social
- Kepribadian
yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan
merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
- Terjadinya
konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara
dirinya dengan lingkungan masyarakat.
Tahap – tahap gangguan jiwa :
- Gangguan kejiwaan
nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohaninya.
- Usaha
mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga
cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran
kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya,
sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan
persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
- Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
- Krisis
ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
- Dipicu
oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan
dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan
masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan,
perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu
dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
- Faktor
sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa,
misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan
sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka
seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya.
Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat
menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental
- Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
- Terjadinya
konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang
bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat
menyesuaikan diri lagi.
- Cara
pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap
kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses – proses kekalutan mental:
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan
disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah
mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan
kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali
dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak
dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan
batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal
dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya
menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Sedangkan perjuangan merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.
D. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik
secara berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang
bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha
mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau
menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya
itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini
membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain
yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya
sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan
hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak
boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia
harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Allah berfirman
dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang
kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya
meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan
hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai
doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia
hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.
E.
PENDERITAAN, MEDIA MASSA, dan SENIMAN
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti
mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud agar semua orang
yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian
dapat mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Media massa
adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
penderitaan manusia secara cepat kepada asyarakat luas. Dengan demikian
masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap anatara sesama manusia,
terutama bagi mereka yang simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi
yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat
mengambil hikmah dan pelajaran dari karya tersebut.
F.
PENDERITAAN DAN PENYEBABNYA
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka
penderitaan manusia dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sebagai
berikut :
o
Nasip buruk
penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang
dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan
nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan
nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan
tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan
tersebut.
o
Kehilangan orang tua,
setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan
memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang
paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena
penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup
pasti akan kembali kepada tuhannya.
o
Kemiskinan ,
banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa
tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan
seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan.
Ini di karena kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan
oleh tuhan.
o
Bencana,
tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana
yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja
bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang
diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
Setiap
penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh baik positif maupun
negatif. Sikap positif yaitu sikap optimis dalam menghadapi penderitaan hidup,
bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri
dari penderitaan, menyadari apa yang telah diperbuat selama hidup, dan
penderitaan itu hanya bagian dari kehidupan. Sedangkan sikap negatif misalnya
penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, dan
bahkan selalu menyalahkan Tuhan.
Ada Pula Contoh Siksaan:
o
RasaSakit
Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat
menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia.
Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat
menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
o
Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat
kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan kita, siksaan yang luar biasa, rasa
sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan, rasa
sakit, dan penderitaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama
lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat.
Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan.
Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan.
Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath
ayat 6 yang artinya:
Dan supaya mereka menyiksa orang-orang yang
munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laiki-laki dan
perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat
giliran buruk. Allah memurkai mereka
dan menyediakan neraka Jahanam baginya.
Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Fath : 60)
Penderitaan dan sebab-sebabnya :
o
Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan ini menyangkut tentang manusia
dan lingkungan sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib
buruk ini dapat diperbaiki manusia hingga menjadi nasib baik. Dengan kata lain
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tetapi kalau takdir Allah yang
menentukan kita hanya bisa menerima, sedangkan nasib buruk itu manusia sebagai
penyebabnya. Maka dari itu manusia dituntut untuk berusaha untuk mendapatkan
kehidupan sebaik baiknya dengan cara yang baik pula.
o
Penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Ini merupakan kehendak allah, tapi dalam hal
inipun manusia masih dapat berusaha yaitu dengan kesabaran, tawakal, dan
optimisme dapat berupa usaha manusia mengatasi penderitaan itu.
Pengaruh penderitaan
o
Orang yang
mengalami penderitaan mungkin akan dapat pengaruh yang berbeda dari dalam dan
luar dirinya.
Diantaranya adalah sikap positif dan negatif:
-
Sikap
positif : sikap optimis mengatasi penderitaan hidup bahwa hidup bukan
sebuah penderitaan yang panjang untuk dia dan disekitarnya sendiri.
sebuah penderitaan yang panjang untuk dia dan disekitarnya sendiri.
-
Sikap
negatif : penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin
bunuh diri
bunuh diri
G.
PENGARUH PENDERITAAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA
Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap
optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu
adalah hanya bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat
tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin
mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini
terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental
merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan
kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
Gejala- gejala permulaan pada orang yang mengalami
kekalutan mental sebagai berikut :
a)
Fisiknya sering merasa pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.
b)
Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis
(kurangnya emosi, motivasi, atau antusiasme).
Terkadang kekalutan mental bisa berujung pada
gangguan jiwa dikarenakan kepribadiaan yang lemah akibat kondisi jasmani
atau mental yang kurang sempurna sehingga orang tersebut merasa rendah diri.
ARTIKEL
Empat Kebenaran Mulia (Pali : cattāri ariyasaccāni) adalah
kebenaran yang berlaku bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya,
maupun agama. Mengakui atau tidak mengakui, suka atau tidak suka, setiap
manusia mengalami dan diliputi oleh hukum kebenaran ini.
Empat Kebenaran Mulia
ditemukan oleh Pertapa Siddhartha yang bermeditasi
di bawah Pohon Bodhi hingga memperoleh Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha. Empat Kebenaran
Mulia yang ditemukan itu diajarkan oleh Buddha Gotama kepada umat manusia di
Bumi ini. Muncul ataupun tidak muncul seorang Buddha di dunia ini, kebenaran
itu akan tetap ada dan berlaku secara universal.
Empat Kebenaran
itu adalah:
1.
Kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha)
2.
Kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
3.
Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
4.
Kebenaran tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha
Gamini Patipada Magga)
Dukkha
Berbagai bentuk
penderitaan yang ada di dunia ini dapat dirangkum ke dalam tiga bagian utama
atau kategori, yaitu:
1.
Penderitaan Biasa (Dukkha-Dukkha), misalnya sakit flu, sakit perut,
sakit gigi, dan sebagainya.
2.
Penderitaan karena Perubahan (Viparinama-Dukkha), misalnya berpisah
dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci, tidak tercapai apa yang
diinginkan, sedih, ratap tangis, putus asa, dan sebagainya.
3.
Penderitaan karena memiliki Badan Jasmani (Sankhara-Dukkha), yaitu
penderitaan karena kita lahir sebagai manusia, sehingga bisa mengalami sakit
flu, sakit gigi, sedih, kecewa, dan sebagainya.
4.
Lebih lanjut tentang Dukkha, dijelaskan didalam Patticasamupada (Hukum sebab musabab yang saling berkaitan)
Dukkha Samudaya
Ketiga macam
penderitaan di atas tentu tidak muncul begitu saja, tetapi karena ada sebab
yang mendahului, BUKAN asal mula. Karena disebut dengan SEBAB, maka hal itu
tidak dapat diketahui awal dan akhirnya. Sebab penderitaan itu adalah karena
manusia diliputi Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan Batin, sehingga
mengakibatkan kelahiran yang berulang-ulang dari masa ke masa dari satu alam ke
alam berikutnya.
Manusia banyak
yang tidak menyadari bahwa ada kebebasan dari semua bentuk penderitaan yang
dapat dicapai ketika masih hidup. Mereka kebanyakan melekat pada
kesenangan-kesenangan nafsu indera, menghancurkan kehidupan makhluk lain,
menganut pandangan salah yang menyesatkan banyak orang dan menjanjikan
kebahagiaan semu dan sementara, hidupnya tidak diarahkan dengan baik, tidak
membuka diri untuk belajar lebih dalam tentang kebenaran universal, menjadi
orang dungu yang hanya tahu tapi tidak mempraktikkan apa yang ia ketahui,
menjadi orang bodoh yang tidak mampu membedakan kebaikan dan kejahatan. Inilah
sebab penderitaan yang menyelimuti kebanyakan umat manusia, yaitu Nafsu yang
tiada henti (Tanha), dan Avijja (kegelapan batin) yang menjadi sebab kelahiran
berulang-ulang bagi dirinya.
Dukkha Niroda
Sebagaimana
kesakitan akan sembuh manakala sebabnya telah diketahui dan diberikan obat yang
tepat, demikian pula penderitaan seseorang juga dapat ditransformasikan dengan
mempraktikkan cara-cara yang benar dan berlaku secara universal. Kebahagiaan
akan dicapai manakala ia terbebas dari penderitaan itu. Kebahagiaan ini adalah
kebahagiaan sejati, yang mana tidak akan diketahui ke mana perginya seseorang
yang telah bebas dari derita batin dan jasmani. Inilah kebahagiaan Nirwana
(Nibbana). Kebahagiaan yang dapat dicapai BUKAN setelah meninggal dunia saja,
tetapi juga ketika masih hidup di dunia ini.
Nirwana bukanlah
suatu tempat, melainkan keadaan di mana seseorang mempunyai pikiran yang sangat
jernih yang telah terbebas dari sifat serakah, benci, dan gelap batin. Ia dapat
mencapainya ketika masih memiliki badan jasmani. Sebagaimana perjuangan
Pangeran Siddhartha untuk mencari jalan keluar dari fenomena usia tua, sakit
dan kematian hingga menjadi Buddha, maka seperti itulah seseorang dengan sekuat
tenaganya sendiri berusaha mengikis habis sifat-sifat jahat yang ada dalam
dirinya, mengikis habis ego dalam dirinya, mengikis habis nafsu-nafsu indera,
dan memunculkan kebijaksanaan paling tinggi dalam kehidupannya dan menjadikan
dirinya sendiri sebagai Orang Suci meskipun masih bergaul dengan banyak orang
dan berpenghidupan di masyarakat luas. Kelak ketika ia meninggal dunia, maka
tidak akan ada lagi orang yang mengetahui ke mana ia pergi, karena Nirwana
bukanlah suatu tempat. Sebagaimana api itu ada, namun tidak seorang pun yang
dapat mengetahui ke mana perginya api setelah padam.
Jika diibaratkan
sebuah lilin yang menyala, apinya adalah kebencian, keserakahan, dan kegelapan
batin dan batang lilin adalah badan jasmani, maka ketika nyala lilin padam
bersamaan dengan habisnya batang lilin yang terbakar, saat itulah
fenomena-fenomena selanjutnya dari lilin tersebut tidak dapat diketahui oleh
siapa pun.
Jadi sangat
mungkin Kebahagiaan Sejati dapat dicapai bukan setelah meninggal dunia, tetapi
juga ketika masih hidup.
Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga
Cara melenyapkan
Dukkha adalah dengan memiliki 8 unsur berikut (disebut juga Jalan Mulia
Berunsur Delapan):
1. Pengertian Benar (sammä-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammä-sankappa)
3. Ucapan Benar (sammä-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
6. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
7. Perhatian Benar (sammä-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
SUMBER :
v Widyo Nugroho, Achmad Muchji.
1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma
v Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan
Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.
v Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H.,
2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti
v Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1994. Seri
diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
v Hakim, M
Arifin. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Pustaka
Satya
v Drs. Djoko Widagdho, dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. PT bumi
aksara.
v http://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Kebenaran_Mulia
Komentar
Posting Komentar